BATUSANGKAR – Guna mengantisipasi penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak, Pemkab Tanah Datar bakal menutup pasar ternak selama dua pekan.
“Saat ini di Sumatera Utara dan kabupaten tetangga sudah mulai ada hewan ternak terjangkit PMK. Jadi untuk mengantisipasi hal ini, sementara waktu kita akan menutup pasar ternak selama dua pekan. Akan bekerjasama dengan pihak kepolisian terkait dengan rencana pengendalian keluar masuk ternak di enam titik pintu masuk ke Tanah Datar, ” kata Bupati Eka Putra.
Ia minta agar pedagang ternak melakukan isolasi pada ternak-ternak yang baru dibelinya sebelum dibawa di pasar untuk diperjualbelikan kembali. Pemkab, katanya, akan segera melakukan penganggaran untuk penanganan pengobatan pada ternak yang tertular virus PMK di Tanah Datar.
Sebelumnya, Pemkab mendapatkan informasi adanya PMK pada hewan ternak, Bupati Eka Putra dan Wakil Bupati Richi Aprian kemarin langsung mengadakan rapat koordinasi bersama DPRD, Forkopimda, Sekda, para Asisten, OPD terkait, camat, serta Asosiasi Peternak Tanah Datar di Gedung Indojolito Batusangkar.
Pertemuan itu memutuskan adanya langkah dan upaya pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran PMK pada ternak, serta meredam kekhawatiran masyarakat terutama petani dan pedagang ternak, disamping juga para pengguna dan pengkonsumsi daging.
“Virus ini hanya menular pada ternak yang berkuku belah dan tidak beresiko untuk manusia, kita menghimbau agar masyarakat tetap tenang dan pemerintah akan melakukan upaya antisipasi lebih awal, ” tandasnya.
Saat itu, Wakil Ketua DPRD Tanah Datar Saidani menghimbau agar para peternak yang ada di Tanah Datar segera melapor kepada instansi terkait apabila mendapati gejala PMK pada ternak-ternak mereka.
Tindakan juga dilakukan, Kapolres Tanah Datar AKBP Ruly Indra Wijayanto menyatakan dukungan pada Pemkab terkait dengan rencana penyekatan di enam titik pintu masuk wilayah.
Kapolres meminta agar masyarakat untuk terbuka dan memberikan informasi kepada instansi terkait apabila menemukan gejala PMK pada ternak. Hal ini dimaksudkan agar mudah dideteksi dan diantisipasi serta diminimalisir penularannya kepada ternak yang lain.
“Masyarakat perlu legowo bila ada ternaknya yang terjangkit, jadi tidak mengakibatkan terjadinya penularan yang lebih parah lagi, ” katanya.
Sedangkan, Wabup Richi juga mengingatkan kepada dinas terkait agar lebih lagi dalam melakukan pengawasan dan pemerikasaan di Rumah Potong Hewan (RPH).
“Dinas harus benar-benar memastikan hewan ternak yang akan dipotong sehat dan dagingnya aman dan layak dikonsumsi oleh masyarakat, ” tegasnya.
Penyakit ini, kata Plt. Kepala Dinas Pertanian Sri Mulyani, masa inkubasinya mulai 1-14 hari sejak hewan tertular penyakit hingga timbul gejala penyakit. Virus ini dapat bertahan lama di lingkungan dan bertahan hidup pada tulang, kelenjar, susu, serta produk susu.
Menurutnya, tingkat penularan penyakit ini cukup tinggi tetapi tingkat kematiannya hanya 1-5% saja.
“Jadi apabila ditemukan gejala pada ternak seperti ternak terlihat lemah, lesu, kaki pincang, air liur berlebihan, tidak mau makan, dan mulut melepuh segera hubungi dinas agar segera dilakukan pemeriksaan dan pengobatan, ” ujar Sri Mulyani.
Ditambahkan, untuk penularan virus PMK ini bisa melalui beberapa cara, diantaranya dengan cara kontak langsung, kontak tidak langsung dan bisa juga melalui udara. Dan gejala klinis apabila hewan tertular PMK diantaranya mengalami demam, tidak nafsu makan, penurunan produksi susu yang drastic, keluar air liur yang berlebihan, luka pada kuku dan bagian mulut melepuh. (**)